PULANG
Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh
[Resensi]
Pulang - Tere Liye
Hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tahu, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tahu kapan hidup akan membanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. –Hal. 262
Penulis:
Tere Liye
Editor:
Triana Rahmawati
Cover:
Resoluzy
Lay out:
Alfian
Cetakan:
VIII, November 2015
Jumlah hal.:
iv + 400 halaman
ISBN:
978-6020-82219
“Aku
tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku di banding tubuhnya. Juga mamakku,
lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya.”
Sebuah
kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk
memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.
***
Inilah
hidupku, dan aku tidak peduli apa pun penilaian kalian. Toh, aku hidup bukan
untuk membahagiakan orang lain, apalagi menghabiskan waktu mendengar komentar
mereka. –Hal. 1
Baru saja Tere Liye
menerbitkan novel terbarunya Bulan, Tere Liye kembali menerbitkan novel yang berjudul
Pulang. Apakah arti sebenarnya dari Pulang? Seperti kita ketahui Tere Liye
merupakan penulis Best Seller dengan karyanya yang di minati oleh siapapun. Bukan
hanya kaum muda, namun kaum tua pun menikmati setiap inci dari tulisan penulis ini. Kali ini Tere Liye mengambil tema
yang cukup mencengangkan bagi penikmatnya yang hanya tahu bahwa Tere Liye
seorang penulis yang menyuguhkan romantisme ataupun petualangan. Pulang
merupakan novel yang berisikan mengenai kehidupan keluarga mafia, di mana tokoh
utamanya yang di gambarkan sangat sempurna oleh si penulis. Di dalam buku ini
juga banyak istilah-istilah yang mungkin awam bagi masyarakat. Tidak hanya pertempuran
yang di suguhkan dalam novel ini tapi ada istilah Shadow Economi yang
menggambarkan perekonomian yang berjalan
di ruang hitam, di bawah meja atau lebih singkatnya dunia gelap perekonomian
dunia.
Cerita berawal dari suatu
pedesaan terpencil di sekitar lereng Bukit Barisan pedalaman Sumatra. Di sana
hidup seorang jagal ternama yang
merupakan keturunan jagal termahsyur di
seluruh pulau Sumatra. Ia bernama Samad. Samad menikah dengan Midah dan
memiliki seorang putra yang bernama Bujang. Di dalam novel ini Bujang di
gambarkan sebagai sosok yang tangguh dengan bentuk perawakan besar dan memiliki
mata yang hitam tajam. Suatu hari datanglah rombongan dari kota untuk membantu
Samad membereskan hama yang mengganggu ladang di kampungnya, Talang. Ternyata salah
satu rombongan itu merupakan saudara angkat Samad yang tak lain Tauke Muda. Bujang di ajak untuk ikut berburu babi, hama
yang mengganggu ladang mereka. Semenjak kejadian berburu babi bersama Tauke
Muda itu, Bujang kehilangan salah satu dari lima emosinya, yaitu rasa takut. Setelah
itu Bujang di ajak untuk pergi ke kota bersama Tauke Muda. Awalnya Midah tak
setuju namun akhirnya dengan terpaksa ia mengizinkan Bujang ikut bersama Tauke
Muda. Demi masa depan Bujang, putra satu-satunya. Midah pun berpesan kepada Bujang
bahwa ia harus menjaga perutnya dari makanan haram.
“Mamak
tahu kau akan jadi apa di kota sana... Mamak tahu... Tapi, tapi apapun yang
akan kau lakukan di sana, berjanjilah Bujang, kau tidak akan makan daging babi
atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan haram dan kotor. Kau juga
tidak akan menyentuh tuak dan segala minuman haram.” –Hal. 24
“Berjanjilah kau akan menjaga dari semua itu, Bujang. Agar... Agar besok lusa, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu pulang.” –Hal. 24
Sesampainya di Mess, rumah Tauke Muda. Bujang berkenalan dengan Bahsyir, seorang jagal keturunan Arab. Suatu hari datanglah seorang pria keturunan Amerika, Frans. Bujang di suruh mengerjakan soal-soal yang tak pernah dia kerjakan di kampungnya. Walau tak pernah merasakan dunia pendidikan, Bujang bisa membaca, menulis, menghitung, mengaji, dan adzan. Semua itu di ajarkan oleh ibunya. Setelah menjalani beberapa kali test, akhirnya Frans pun mengatakn bahwa Bujang sangat jenius dan kepintarannya harus di kembangkan dengan cara bersekolah. Awalnya Bujang tidak mau karena tujuannya ke sini hanya untuk menjadi tukang pukul seperti bapaknya dulu. Namun ketika itu Bujang di bawa Tauke Muda untuk menjalankan sebuah tradisi yang di sebut Amook. Apabila Bujang dapat bertahan dalam waktu 20 menit di dalam Amook dan tidak terjatuh, ia boleh menjadi tukang pukul dan tak perlu bersekolah. Bujang akan berdiri di tengah sebuah lingkaran dan akan melawan 60 orang tukang pukul. Pada menit 19, Bujang pun terjatuh karena Bahsyir. Akhirnya Bujang pun harus bersekolah, mengejar pendidikan formal yang telah tertinggal olehnya. Bujang dapat mengejar semua ketertinggalan itu dengan nilai yang sangat sempurna. Bujang pun mengikuti ujian akhir SMA dan melanjutkan kuliah di sebuah universitas ternama di ibu kota. Tidak hanya pengetahuan yang Bujang dapatkan tetapi fisiknya dan kekuatannya pun terlatih dengan sangat baik. Bujang di latih menjadi tukang pukul yang handal dan profesional. Mendapat ilmu bela diri dari Kopong, tukang pukul senior yang bekerja pada Tauke Besar. Kopong memang memiliki wajah yang sangar walaupun ia tersenyum. Tersenyum namun seperti mendelik. Tapi Kopong begitu peduli dengan Bujang dan selalu mencoba membantu Bujang tanpa Bujang memintanya. Kopong pun bercerita kepada Bujang mengenai masa lalu ayahnya dan ternyata ayah Bujang lah yang membantu Kopong dulu. Ada kata-kata yang sangat ngena yang di ucapkan Kopong.
“Dia baik-baik saja, Bujang. Itu adalah momen paling sulit bagi seorang guru, ketika muridnya berhasil mengalahkannya. Aku tahu bagaimana rasanya. Antara bangga, sedih , kecewa, semua bercampur menjadi satu. Susah di lukiskan.” –Hal. 184
Selain Kopong ada Guru Bushi. Seorang samurai yang mengajari Bujang tentang bagaimana menjadi seorang lelaki sejati. Menjadi seorang samurai dan mengajari Bujang menemukan jati dirinya, mengajarkan segala ilmu bela diri ala ninja yang bergerak lincah bagaikan tak terlihat.
Guru Bushi selalu bilang, “Ingat, Bujang. Jika kau tidak membunuh mereka terlebih dulu, maka mereka akan membunuhmu lebih awal. Pertempuran adalah pertempuran. Tidak ada ampun. Jangan ragu walau sehelai benang.” –Hal. 153
Dan terakhir ada Salonga, seorang pria Filipina yang merupakan penembak terbaik se-Asia. Walaupun pada awalnya Salonga selalu mencaci Bujang dengan kata bodoh namun sebenarnya Salonga menganggap Bujang sebagai murid terbaiknya dan memberikan pistol colt yang merupakan warisan dari gurunya dulu.
“Kesetiaan anak
ini ada pada prinsip, bukan pada orang atau kelompok. Di masa-masa sulit, hanya
prinsip seperti itulah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya”
–Hal. 187
Mereka bertiga adalah guru bela diri yang sangat berperan di kehidupan Bujang. Sedangkan guru terdekat yang mengajarkan Bujang mengenai ilmu pengetahuan ataupun agama adalah Frans dan Tuanku Imam. Tuanku Imam merupakan kakak lelaki dari Midah, ibu Bujang. Ia mengajarkan Bujang untuk berdamai dengan dirinya sendiri, memeluk kesedihan, kebencian dan rasa sakit.
Bujang pun menjadi sosok
yang sangat berperan dalam Keluarga Tong. Ia merupakan sosok yang sangat
menakutkan di dalam dunia shadow economi. Dengan kepintaran dan
kekuatannya, Bujang mampu mengendalikan siapapun dengan perkataannya. Hingga suatu
hari, Keluarga Tong terancam. Terjadi pengkhianatan di mana-mana. Serangan demi
serangan di luncurkan untuk menghancurkan Keluarga Tong. Bujang pun berada di sebuah
titik di mana ia pun merasa tidak akan mampu melewatinya. Akhirnya salah satu
dari lima emosinya yang hilang bertahun-tahun yang lalu muncul kembali memenuhi
benak Bujang. Rasa takut, rasa yang dulu hilang kini kembali membuat kondisi
Bujang lebih terpojokkan. Kemudian kemunculan sosok yang selama ini tidak
pernah Bujang ketahui namun masih memiliki hubungan darah dengannya. Sosok ini
mengingatkan Bujang untuk pulang. Tapi pulang ke mana? Apa arti pulang itu?
“Ketahuilah, Nak. Hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapapun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran.” –Hal. 340
Semua
orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapa pun. Urus saja masa lalu
masing-masing. –Hal. 101
Keempat, cerita ini mampu
membuat penasaran para pembaca dengan endingnya. Banyak flashback yang terdapat
dalam cerita ini namun tetap saling berkaitan dan menunjukkan titik terangnya
dari sebuah kata PENASARAN. Kelima, Tere Liye mampu membuat para pembacanya
menyelesaikan buku ini dengan cepat tanpa ada rasa malas yang menyelubungi
karena ada tarikan kuat untuk menyelesaikannya. Dan yang terakhir ada sebuah
hubungan antara cerita ini dan dunia nyata sehingga kita dapat memahami setiap
situasi dengan baik. Cerita ini seperti memiliki hubungan dengan keadaan
Indonesia yang terpuruk. Terlalu banyak kegelapan dalam dunia perekonomian. Sogok-menyogok
yang ada di novel ini pun seakan menyindir para pejabat yang korupsi dan ingin
menutup mulut para saksi, hakim, jaksa ataupun pihak-pihak yang bersangkutan. Di
novel ini pun menjelaskan kalau uang mampu membuat seseorang lolos dari
eksekusi karena dengan uang seseorang akan berkuasa. Walaupun hal ini merupakan
asumsi saya sendiri tapi menurutku ini pesan tersirat dari seorang Tere Liye di
mana para terdakwa yang memiliki uang mampu lolos dari jerat hukum apapun.
Pokoknya novel ini menyajikan sesuatu yang tidak biasa, cerita, tokoh, alur
maupun makna yang membuat kita akan selalu kagum oleh sosok seorang Tere Liye,
yang mampu mengolah setiap pemikiran dan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang
bermakna.
Tak ada manusia yang
sempurna yang hanya memiliki kelebihan namun pastinya memiliki kekurangan. Sama
halnya seperti tulisan, pasti memiliki kekurangan dalam kelebihan. Kekurangan dari
buku ini terdapat pada BAB 1 dan BAB 2.
Banyak bahasa daerah yang kurang di mengerti dan mengharuskan saya membuka google untuk mencari artinya. Seperti kata kutilik, bersua, trembesi dan lain-lain. Saya berharap ada catatan kaki yang melengkapi novel ini agar lebih memahami arti kata tersebut. Sebenarnya dalam tokoh Bujang juga menurutku terlalu sempurna dan multitalenta untuk menjadi seorang manusia. Ia terlalu jenius, kuat dan cerdik. Penggambaran fisik sosok Bujang pun tidak terlalu mendetail seperti penggambaran tokoh lain. Selain penggambaran fisik juga penggambaran setiap tempat yang kurang mendetail membuat para pembaca kesulitan untuk membayangkan setiap setting tempat di novel ini. Namun secara keseluruhan tentunya kekurangan ini hanya sebagian kecil dari setiap kelebihan yang membuat novel ini tetap berkesan di mata setiap pembacanya.
Banyak bahasa daerah yang kurang di mengerti dan mengharuskan saya membuka google untuk mencari artinya. Seperti kata kutilik, bersua, trembesi dan lain-lain. Saya berharap ada catatan kaki yang melengkapi novel ini agar lebih memahami arti kata tersebut. Sebenarnya dalam tokoh Bujang juga menurutku terlalu sempurna dan multitalenta untuk menjadi seorang manusia. Ia terlalu jenius, kuat dan cerdik. Penggambaran fisik sosok Bujang pun tidak terlalu mendetail seperti penggambaran tokoh lain. Selain penggambaran fisik juga penggambaran setiap tempat yang kurang mendetail membuat para pembaca kesulitan untuk membayangkan setiap setting tempat di novel ini. Namun secara keseluruhan tentunya kekurangan ini hanya sebagian kecil dari setiap kelebihan yang membuat novel ini tetap berkesan di mata setiap pembacanya.
“Tapi sungguh,
jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu, Nak. Jangan pernah kau lawan.
Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu matahari
akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apapun
kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan
terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha
melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah.” –Hal. 339
Setelah membaca novel ini saya memiliki satu kutipan yang menurutku
menggambarkan setiap tokoh di novel ini.
“Setiap manusia memiliki setiap sisi yang berbeda. Antara hitam dan putih. Manusia terkadang hitam namun tak sehitam kelihatannya dan manusia terkadang putih namun tak seputih kelihatannya.” Aulia Resky.
Sekian resensi dari saya, terima kasih:)
Wabillahitaufik
Wahidayah Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
46 comments
Wiihhh iya nih aku juga baru baca Tere Liye yang pulang, emang keren banget apalagi makna ceritanya dalem banget:D
ReplyDeleteiyaaa maknanya dalem banget:)
DeleteBukan dalem lagi tapi benar-benar menusuk
DeleteWih bagus banget nih keren
ReplyDeletewiiih zuhri suka juga ternyata:')
Delete"Pulang" terisi sama makna yang sempurna, banyak kilasan yg lebih dari cukup bagus
ReplyDeleteiyaa:D Banyak kata2 kiasan yang sangat bermakna
DeleteCoba deh baca yang novel Rindu karya om Tere Liye:) di sana banyak kata-kata kilasan dan makna tersirat yang di tawarkan oleh si penulis:) *Maaf ikut comment*
Delete"Pulang" terisi sama makna yang sempurna, banyak kilasan yg lebih dari cukup bagus
ReplyDeleteTere Liye memang penulis yang sangat berbakat, aku suka banget sama novelnya. Semua karyanya sangat bagus terlebih novel rindu, sangat keren
ReplyDeletesemua karya nya emang keren-keren:D
DeleteIya:)
DeleteWah iyaa benar yang Rindu novelnya emang keren. Banyak maknanya dan islami banget hehe
DeleteWowww, keren sekali.. baru baca resensi nya aja keren, aku ingin baca buku nya langsung...
ReplyDeleteiyaa, makanyaa baca langsung aja bukunyaa:D
DeleteMemang sangat bagus, banyak pengetahuan di dalam novelnya. Ayo di baca:)
DeleteWiihh bagus banget resensinya. Aku jadi pengen baca Pulang karya tere liye
ReplyDeleteIyaa bukunya bagus, baca aja bukunya:)
Deletecool cool!
ReplyDeletehahaha iyaa:)
DeleteWih bagus banget nih keren
ReplyDeleteBagus banget kaka jadi pengen baca bukunya nih...
ReplyDeleteapaansih kaka kaka-_-
Deleteresensinya sudah bagus, jadi mau baca buku karya Tere Liye yang 'Pulang'!!
ReplyDeleteemang bagus bukunya, ayo nandaa baca bukunya hehehe:)
DeleteResensinya keren nih. Mau ke beli bukunya ah penasaran, biar bisa baca fullnya ..
ReplyDeleteiyaa delii, baca bukunya langsung aja biar ga penasaran^
DeleteWah memang bagus loh pasti ga nyesel beli karya om Tere Liye yang ini:)
DeleteWeeeis keren banget niiih,jadi gasabar mau beli novel nyaaa
ReplyDeletehahahha ayoo beli novelnyaa^
DeleteWiiih keren banget resensinya, jadi penasaran pengen baca bukunya langsung. Sukses terus yaa semoga bisa menjadi penulis terkenal dengan karya-karya terbaiknya. Aamiin
ReplyDeletehehe baca bukunya langsung aja biar ga penasaran:) Aamiin.
DeleteWHAAAA kereeeen. Suka banget sama resensinya, jadi tertarik baca bukunya :D
ReplyDeleteiyaaa emang kereen:D
DeleteResensinya keren dan menarik.. Ga sabar mau beli novelnya dan langsung baca bukunya
ReplyDeleteiyaaa, baca langsung aja yaa bukunya
DeleteSiapp
DeleteSiapp
DeleteSiapp
DeleteKEREN resensinya... jadi pengen beli novelnya langsung :)
ReplyDeleteTere Liye selalu bisa bikin pembacanya tertarik (y) :D
hehe ayoo baca novelnya langsung aja yaa:)
DeleteItu bener banget. Coba baca karya terbarunya Hujan. Novel itu keren banget😁
DeleteWih bagus banget inisih keren banget
ReplyDeletegood..ceritanya menarik,jadi pengen beli novelnya :D
ReplyDelete- Audrey -
Saya juga sudah baca cerita ini dan novelnya memang benar-benar keren:) memang benar susah rasanya ketika membaca bab I dan II, terlalu banyak kata-kata yang sulit di mengerti apalagi tidak ada bantuan penjelasan di dalam novel itu sendiri. Tapi hal itu ga mengurangi sedikitpun cerita ini dan resensinya sangat lengkap �� saya suka dengan kata-kata yang di susun rapih dan rinci mengenai novel ini
ReplyDeleteOh iya satu lagi, saya tunggu resensi novel lainnya yaaa terutama karya om Tere Liye hehe>.<
ReplyDelete